Ajengan Zezen.- |
Allah SWT berfirman dalam Q.S. AL-Baqarah (129) :
"Ya Tuhan kami, utuslah
untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan
kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan mereka Al-Kitab
(Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mreka.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
Q.S. Yusuf (108):
"Katakanlah: Inilah
jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak
termasuk orang-orang yang musyrik."
Dalam Kitab Miftahush
Shudur tercantum dalil penting dzikir nafi dan itsbat, ini menandakan
lengkapnya sebuah kitab dan sempurnanya seorang penulis. Ketika orang
enggan atau melarang untuk melaksanakan dzikir (nafi dan itsbat) maka
cukup dalil-dalil tersebut menjadi jawaban atas orang yang buta hatinya
terhadap dzikir.
Dzikir merupakan inti
dari ajaran pensucian jiwa yang biasa disebut dengan Tasawwuf, yang di
dalamnya mempunyai metode (thariqat). Banyak orang yang tidak mau bahkan
anti untuk bertasawwuf dengan alasan istilah tasawwuf tidak
sesuai/tidak ada dalam al-Qur'an, mungkin pada akhirnya ini yang
menjadikan pertentangan dan ketidaksetujuan para 'Ulama terhadap
tasawwuf. Karena secara harfiah tasawwuf tidakada di dalam al-Qur'an,
istilah ini muncul pada abad ke-2 dan menjadi semarak menjelang abad
ke-3 Hijriyah.
Dalam hal ini, hendaknya
tidak terlalu dipermasalhkan terhadap suatu istilah, apabila dicermati
ada kata lain dalam al-Qur'an yaitu "Tazkiyah" yang mempunyai arti
"pensucian". Dan inilah maksud dari tasawwuf itu sendiri, kenapa tidak
disebut ajaran Tazkiyah? Sejarah menyatakan orang-orang yang melakukan
proses pensucian jiwa (Tazkiyatun Nafz) waktu itu memakai pakaian yang
terbuat dari bulu domba, bulu domba salah satu ciri sebuah
kesederhanaan. Dalam tasawwuf diajarkan konsep 'uzlah' yang berarti
menjauhi dunia secara berlebihan, dan bulu domba sebagai baju paling
sederhana di zaman itu.
Tetapi kita tahu, bula
domba saat ini apabila diproses dengan tangan-tangan ahli dan ditenun
menggunakan teknologi canggih menjadi sebuah baju (pakaian), maka
jadilah pakaian yang bagus dan mahal harganya.
Dalam konsep 'uzlah' pun
yang selama ini banyak orang ketakutan untuk bertasawwuf bukan berarti
meninggalkan dunia. seperti meninggalkan isteri dan anak, jauh dari
keramaian dan tinggal di gunung atau tempat yang sepi. Sekali lagi hal
tersebut adalah salah persepsi dan menandakan sempitnya wawasan.
Walaupun ada 'uzlah' yang sifatnya seperti puasa 40 hari dan lain
sebagainya, ini sifatnya sementara dan tidak selamanya.
Sufi tidak melarang menjadi orang kaya, terkenal, pejabat yang disegani, tetapi sufi tidak terpengaruh (terbelenggu) yang semuanya bersifat keduniaan, tidak dikuasai dunia namun menguasai dunia, dunia sebagai alat untuk beribadah kepada Allah SWT. Biarkan tubuh bercampur dengan sekeliling kemewahan dunia ini, tetapi hati terbang melakukan 'uzlah', hati hadir selalu bersama Allah SWT. (Dzikrulkhofi).(bersambung)
Ditulis oleh: Dokumen Pemuda TQN Suryalaya
0 komentar:
Posting Komentar