Pemuda Mesjid Miftahul Jannah

Selamat Datang Di Blog Pemuda Mesjid Miftahul Jannah - Komplek Manglayang Regency Blok I - Bandung Jawa Barat

Kamis, 09 April 2015

Kajian Miftahus Shudur (Bagian I, Oleh KH.M.Zein ZA Bazul Asyhab)

Ajengan Zezen.-
Allah SWT berfirman dalam Q.S. AL-Baqarah (129) :
"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mreka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Q.S. Yusuf (108):
"Katakanlah: Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik."

Dalam Kitab Miftahush Shudur tercantum dalil penting dzikir nafi dan itsbat, ini menandakan lengkapnya sebuah kitab dan sempurnanya seorang penulis. Ketika orang enggan atau melarang untuk melaksanakan dzikir (nafi dan itsbat) maka cukup dalil-dalil tersebut menjadi jawaban atas orang yang buta hatinya terhadap dzikir.

Dzikir merupakan inti dari ajaran pensucian jiwa yang biasa disebut dengan Tasawwuf, yang di dalamnya mempunyai metode (thariqat). Banyak orang yang tidak mau bahkan anti untuk bertasawwuf dengan alasan istilah tasawwuf tidak sesuai/tidak ada dalam al-Qur'an, mungkin pada akhirnya ini yang menjadikan pertentangan dan ketidaksetujuan para 'Ulama terhadap tasawwuf. Karena secara harfiah tasawwuf tidakada di dalam al-Qur'an, istilah ini muncul pada abad ke-2 dan menjadi semarak menjelang abad ke-3 Hijriyah.

Dalam hal ini, hendaknya tidak terlalu dipermasalhkan terhadap suatu istilah, apabila dicermati ada kata lain dalam al-Qur'an yaitu "Tazkiyah" yang mempunyai arti "pensucian". Dan inilah maksud dari tasawwuf itu sendiri, kenapa tidak disebut ajaran Tazkiyah? Sejarah menyatakan orang-orang yang melakukan proses pensucian jiwa (Tazkiyatun Nafz) waktu itu memakai pakaian yang terbuat dari bulu domba, bulu domba salah satu ciri sebuah kesederhanaan. Dalam tasawwuf diajarkan konsep 'uzlah' yang berarti menjauhi dunia secara berlebihan, dan bulu domba sebagai baju paling sederhana di zaman itu.

Tetapi kita tahu, bula domba saat ini apabila diproses dengan tangan-tangan ahli dan ditenun menggunakan teknologi canggih menjadi sebuah baju (pakaian), maka jadilah pakaian yang bagus dan mahal harganya. 
Dalam konsep 'uzlah' pun yang selama ini banyak orang ketakutan untuk bertasawwuf bukan berarti meninggalkan dunia. seperti meninggalkan isteri dan anak, jauh dari keramaian dan tinggal di gunung atau tempat yang sepi. Sekali lagi hal tersebut adalah salah persepsi dan menandakan sempitnya wawasan. Walaupun ada 'uzlah' yang sifatnya seperti puasa 40 hari dan lain sebagainya, ini sifatnya sementara dan tidak selamanya. 
Sufi tidak melarang menjadi orang kaya, terkenal, pejabat yang disegani, tetapi sufi tidak terpengaruh (terbelenggu) yang semuanya bersifat keduniaan, tidak dikuasai dunia namun menguasai dunia, dunia sebagai alat untuk beribadah kepada Allah SWT. Biarkan tubuh bercampur dengan sekeliling kemewahan dunia ini, tetapi hati terbang melakukan 'uzlah', hati hadir selalu bersama Allah SWT. (Dzikrulkhofi).
(bersambung)
Ditulis oleh: Dokumen Pemuda TQN Suryalaya

0 komentar:

Posting Komentar

Seni Menjadi Pedagang Online 336x280
Dapet Duit Dari Twitter 486x60